Sabtu, 26 Februari 2011

filosophi indonesia

What is Meant by ‘Indonesian Philosophy’?

Ferry Hidayat

Department of Indonesian Philosophy Studies
Hikmah Perenial Institute (hPi)


Philosophy has been executed by Indonesian people anonymously or without being named; therefore, its naming comes later than that having done for so long by other world philosophical traditions such as ‘Chinese Philosophy’, ‘African Philosophy’, ‘Filipino Philosophy’, and so forth. Although its identification is modern enough, philosophical activities and creativities in Indonesia have already been abundant; there will not be enough time to research all kinds and sorts of philosophical thought having emerged for centuries in the periods of ‘pre-Indonesia’ and of ‘post-Indonesia’ in one simple writing.
Polemics about existence-nonexistence of thinking tradition in general and philosophy tradition in particular have taken place many times. Those polemics are not necessarily significant because wherever human being exists there will absolutely be thinking activity. Thinking or reasoning is human nature. Moreover, arguments exposed by ‘men of denial’ are not strong to hold and not valid. Sutan Takdir Alisjahbana (, for example, Perdebatan mengenai ada-tidaknya tradisi berpikir pada umumnya dan tradisi filsafat pada khususnya di Indonesia, telah terjadi berkali-kali. Itu semestinya tidak perlu, karena di manapun ada manusia di situ pasti ada pemikiran. Pemikiran atau penalaran merupakan tabiat manusia. Lagi pula, argumen-argumen yang diajukan oleh ‘ahli-ahli penafian’ tidak kuat dan tidak valid. Sutan Takdir Alisjahbana (……….- ……….), misalnya, menyatakan bahwa tradisi filsafat di Indonesia tidak ada tapi di saat bersamaan ia membuktikan diri bahwa beliau adalah seorang filosof, berprilaku sebagai seorang filosof, hidup dengan sikap filosofis dan mengarang banyak buku filosofis. Begitu pula dengan dua pengamat asing, …………. dan …………….. Keduanya mengatakan bahwa tradisi filsafat di Indonesia tidak ada, tapi keduanya lupa (atau abai) bahwa tokoh-tokoh terkemuka dalam filsafat di Indonesia seperti Nicolas Drijarkara, Toety Heraty, Fuad Hassan, Zoetmulder, Franz Magnis-Suseno, Mohammad Nasroen, F. Budi Hardiman, Gadis Arivia, Donny Gahrial, Nurcholish Madrid, dan lain-lain hidup dan mengajar dalam kelas-kelas filsafat, mengarang artikel-artikel filosofis di tingkat nasional dan internasional dan mengabdikan diri mereka dalam kehidupan soliter dan jauh dari keglamoran demi kemajuan filsafat. Buku-buku bertema filsafat, baik terjemahan maupun manuskrip, terbit sebanyak …………. dalam sebulan; kelas-kelas filsafat yang diselenggarakan oleh beberapa universitas ternama dipenuhi oleh sebanyak …………. setiap semester; dan kelompok-kelompok diskusi filsafat yang bertebaran di sekitar area kampus tak terhitung jumlahnya. Semua itu merupakan indikasi kegairahan yang selalu meningkat akan filsafat. Semua orang yang menyaksikan segala ini takkan mungkin menafikan keberadaan tradisi filsafat di Indonesia.



Filsafat dilakukan oleh orang Indonesia dengan tanpa penamaan, sehingga penamaannya lebih belakangan daripada penamaan oleh tradisi kefilsafatan sejagat yang lain yang telah dilakukan sejak lama seperti ‘Filsafat Cina’, ‘Filsafat Afrika’, ‘Filsafat Filipina’, dan lain-lain. Meskipun penamaannya cukup terlambat, kegiatan-kegiatan filosofis dan kreatifitas-kreatifitas filosofis di Indonesia sungguh melimpah; tak akan ada cukup waktu menelaah semua jenis dan corak pemikiran filosofis yang lahir di era ‘pra-Indonesia’ dan ‘paska-Indonesia’ selama berabad-abad dalam satu tulisan ringkas.
… sangatlah penting untuk memulai dari ide bahwasanya spiritualitas—dengan agama sebagai kerangkanya—akan membentuk satu kebaikan absolut. Adalah yang bersifat spiritual—dan bukan yang temporal—yang secara kultural, sosial, dan politik menjadi landasan kriteria bagi semua nilai yang lain.

Sebelum Indonesia berdiri, negeri ini dipenuhi kerajaan-kerajaan dan kerajaan-kerajaan itu menyambut baik tradisi-tradisi filsafat dunia yang datang baik karena ajakan raja-raja setempat atau karena kehendak pribadi para filosof-petualang. Raja-raja adalah murid-murid pertama para filosof dunia. Filsafat-filsafat dari Cina, India, Persia, Arab, Jepang dan Barat masuk, merembesi, mewarnai, dan memenuhi ruang-ruang filosofis local. Ken Angrok, Sanjaya, …………, ……………., ………………, …………., dan lain-lain bukan hanya raja-raja tapi juga filosof-filosof yang mendukung penuh pengembangan filsafat di wilayah kerajaan-kerajaan mereka sekaligus patron-patron yang menyediakan toleransi besar bagi penyebaran jenis-jenis filsafat yang tidak dianut mereka. Setelah menjadi murid-murid yang baik, patuh dan cerdas, filosof-filosof local mulai mengritik ide-ide guru-gurunya, membangun pemikiran-pemikiran mandiri, dan mengarang buku-buku filosofis, sebagaimana dilakukan misalnya oleh Dharmakirti, ……………., ………….., ……………, dan lain-lain. Pengaruh-pengaruh filsafat dunia yang datang merupakan bahan-bahan yang menginspirasikan dan mendorong ke tahap kreatifitas filosofis selanjutnya.
Berbeda dari filsafat dalam pengertian buku-teks Filsafat Barat-Modern, filsafat di Indonesia berkarakter khas, sehingga generalisasi apapun terhadap karakter filsafat Indonesia yang didasarkan pada pengertian Barat-Modern tidak akan mengenai sasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar